UA-111174953-1

Minggu, 15 Januari 2017

Syair Lagu Smong dari Pulau Simeulue

Pernahkah kalian mendengar kata “Smong”? Smong yang merupakan kata dari bahasa daerah penduduk Simeulue, Aceh, berarti ombak besar atau yang dikenal dengan tsunami. Istilah smong disebarkan oleh penduduk Simeulue melalui syair lagu yang disenandungkan untuk meninabobokan anak. Lama kelamaan syair lagu Smong melekat di benak mereka.

Menurut penduduk sekitar, syair smong mulai dinyanyikan pada awal abad 20 setelah bencana ombak besar melanda Pulau Simeulue pada tahun 1907 yang memakan banyak korban. Dari bencana tersebut, menurut orang Aceh yang diwawancara, untuk mengenang dan memeringati ombak besar tersebut, syair smong mulai dinyanyikan untuk menidurkan anak oleh para leluhur hingga saat ini.

Walaupun bahasa Simeulue susah dimengerti, beruntung saya menemukan syair lagu Smong dari buku "Coastal Dynamics After the Sumatra Earthquake & Tsunamis" di Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (Tsunami Disaster Mitigation Research Center).


Berikut syairnya:

Engel mon sao surito, inang maso semona, (Dengarkan kisah ini, pada suatu hari,)
manoknop sao fano, uwilah da sesewan, (tenggelamlah suatu desa, begitu yang diceritakan,)
unen ne alek linon, fesang bakat ne mali, (diawali dengan gempa bumi, diikuti surutnya air laut,)
manoknop sao hampung, tibo-tibo maawi. (lalu seluruh negeri tiba-tiba tenggelam)

Ango linon nek malo oek suruk sauli (Ketika terjadi gempa dahsyat, diikuti surutnya air laut)
maheya mihawali fano me senga tenggi, (segera cari tempat yang lebih tinggi,)
ede Smong kahane, turiang da nenekta (“smong” itrulah namanya, yang dikatakan nenek moyang kita)

Miredem teher ere, (Ingatlah semua ini,)
fesan navi-navi da, (pesan dan petuah,)
smong rumek-rumek mo, (smong adalah air mandimu,)
linon uwak-uwak mo, (gempa adalah buaianmu,)
elaik kedang-kedang mo, (guntur adalah detakanmu,)
kilek suluh-suluh mo, (kilat adalah lampumu,)
alahae Simeulue.. (oh Simeulue...)

Syair dari buku "Coastal Dynamics After the Sumatra Earthquake & Tsunamis"
Dari syair tersebut, terlihat bahwa penduduk Simeulue sudah mengetahui tanda-tanda  bencana ombak besar yang didahului dengan surutnya air laut. Berbekal pengetahuan dari kearifan lokal tersebut, saat bencana tsunami Aceh 2004 penduduk Simeulue dengan segera menyelamatkan diri dengan mencari tempat yang lebih tinggi sehingga  hanya kurang lebih 7 orang yang meninggal dunia (korban tersebut diduga adalah penduduk pendatang).

Sungguh luar biasa pengaruh kearifan lokal penduduk Simeulue yang menyelamatkan hampir seluruh penduduk pulau indah di pantai barat Indonesia. Untuk memberi kedekatan istilah smong dengan masyarakat Aceh, Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Provinsi Nangroe Aceh Darusalam menerbitkan koran enam bulanan yang bernama “Smong”.



Tempat evakuasi warga dari atas Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar