UA-111174953-1

Minggu, 15 Januari 2017

Takjub Kecantikan Desa Penglipuran Bali

Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli
Selain terkenal dengan keindahan pantainya, Bali juga dikenal dan digemari para wisatawan lokal dan internasional karena keelokan alam dan budaya Bali yang masih dijunjung tinggi oleh penduduknya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa desa adat yang tetap memertahankan nilai-nilai leluhur dan menjaga budaya agar tetap lestari. Salah satu dari desa adat tersebut adalah Desa Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli. Sebuah desa konservasi yang dipelihara oleh pemerintah agar kebudayaan setempat tetap terjaga.

Jaraknya 53 km dari Kuta dengan waktu tempuh 1 jam 34 menit. Perjalanan menuju desa ini termasuk mudah karena hanya mengikuti jalan dan sesekali belok kanan dan kiri. Jalanan mulai berkelok-kelok saat menaiki dataran tinggi. Sebaiknya kalian menggunakan aplikasi “map” untuk memudahkan perjalanan kalian karena pada titik tertentu tidak ada penunjuk arah ke desa ini.

Perjalanan satu setengah jam pun tidak terasa karena kalian bisa melihat hal-hal seru sepanjang perjalanan seperti terasering sawah, pura-pura kecil di pinggir jalan, dan lain-lain. Sampai di gapura pembelian tiket, kalian dapat membeli tiket masuk Rp10.000 untuk satu mobil. Untuk masuk ke dalam, semua kendaraan harus diparkir di tempat yang sudah disediakan di depan pintu masuk.

Saat menginjakkan kaki di Desa Penglipuran, kalian langsung disambut dengan kemegahan Pura Penataran yang menjadi tempat utama untuk ibadah oleh penduduk desa ini. Ada bale juga, tempat menyediakan kostum adat Bali agar lebih terasa suasana Balinya. Saat melihat langsung ke arah rumah-rumah penduduk, rasa takjub langsung muncul karena kerapihan, kebersihan, dan keseragamannya. Banyak juga anjing-anjing kecil ras kintamani berkeliaran di sekitar rumah. 

Pura utama untuk ibadah
Detail ornamen yang dipasang tinggi saat ada upacara

Pura Penataran dari sisi rumah penduduk

Penglipuran menurut penduduk sekitar berarti pengeling pura atau tempat suci untuk mengenang para leluhur mereka. Desa ini memiliki pura utama di bagian utara, yaitu Pura Penataran yang digunakan untuk upacara besar oleh penduduk sekitar. Tegak lurus dengan pura tersebut, terdapat jalan utama yang membagi rumah-rumah di bagian barat dan timur. Setiap rumah berhadapan langsung secara simetris dengan angkul-angkul atau gerbang masuk rumah yang berbentuk seperti pura. Pengunjung diperbolehkan masuk ke dalam gerbang tersebut dan melihat rumah di dalamnya. Setiap rumah biasanya terdapat pura kecil untuk ibadah dan bale atau tempat berkumpul. Beberapa di antara rumah tersebut menjadikan bagian depan rumah (di samping gerbang) sebagai warung yang menjual makanan dan minuman ringan juga aksesoris dan kerajinan tangan.

Gapura rumah


Tidak ada sampah satu pun

Jalan utama yang membagi rumah-rumah di bagian barat dan timur

Ada juga tempat khusus pembelian oleh-oleh yang berisi kerajinan tangan penduduk setempat dan barang-barang khas Bali lainnya seperti hiasan kepala, kain batik Bali, pakaian adat Bali, miniatur pura, hiasan rumah, dan lain-lain. Selain menjual oleh-oleh, di sini juga terdapat tempat makan yang menjual makanan khas Bali.


Berlama-lama di sini, rasanya tidak ingin segera beranjak dari desa yang sudah ada dari abad ke 18 ini. Penduduknya yang ramah, suasana sejuk, udara bersih, rasa damai, dan interior bangunan yang indah, membuat siapa pun ingin tinggal di desa ini lebih lama. Untuk itu, di sini pun disediakan homestay bagi kalian yang belum bisa move on dari salah satu desa terbaik dunia ini. Mau coba?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar