UA-111174953-1

Kamis, 07 Desember 2017

Sunblock Bagus untuk ke Pantai

Sumber: Public Source

Beach is calling! Saatnya menyiapkan semua perlengkapan liburan mulai dari outfit seru, sunglasses, sling bag etnik, sampai sandal yang bikin nyaman seharian. Kalau semua sudah checked, ada satu benda penting yang ga boleh ketinggalan dan wajib dibawa, yaitu sunblock!

Benda kecil ini bagaikan passport ketika memasuki kawasan pantai. No sunblock, no beach. Untuk memilih sunblock yang bagus, harus dibedakan dahulu antara sunblock untuk wajah dan untuk bagian tubuh lainnya, sebab kadar kesensitifannya berbeda.

Biasanya perempuan sudah memiliki sunblock khusus untuk wajah yang disesuaikan dengan kulit. Nah, kalau memilih sunblock untuk tubuh, memang gampang-gampang susah. Banyak merk sunblock yang ditawarkan, seperti Sebamed SPF 50, Innisfree Perfect UV Protection, Vaselin Healthy Sunblock SPF 30, Banana Boat Ultra Protect SPF 50 dan merk lainnya.

Semua sunblock memiliki tujuan yang sama yaitu melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang dapat merusak kolagen dan menambah pigmentasi kulit. Karena banyaknya variasi, kita harus pintar memilih jenis sunblock. Pertama, lihat kandungan SPF (Sun Protector Factor) dan PA (Protection Grade of UV A). Biasanya orang Indonesia memakai SPF 50 PA+++. Lalu lihat juga apakah sunblock tahan air atau tidak. Lebih baik pilih yang water resistant karena sunblock akan tetap melindungi kulit walaupun kulit kita terkena air atau saat berenang sekalipun.

Berdasarkan pengalaman setelah coba beberapa sunblock, sunblock Banana Boat Ultra Protection SPF 5- PA +++ paling juara. Sunblock berbentuk lotion ini bertekstur agak kental tapi lembut dan tidak menyumbat pori-pori. Agak sedikit lengket saat baru dipakai tapi lama - kelamaan akan kering dan menyatu dengan kulit. Sunblock ini juga mengandung aloe vera yang berfungsi memberikan rasa dingin dan meredam panasnya matahari. Sunblock Banana Boat Ultra Boat ini juga jadi andalan untuk snorkeling, lho.

Sebaiknya gunakan sunblock 15 s.d. 20 menit sebelum kulit terkena matahari agar sunblock meresap dan memberikan perlindungan secara maksimal. Untuk perlindungan ekstra, gunakan kembali sunblock setelah 3 s.d. 4 jam aktivitas.


Sebaik-baiknya sunblock sebenarnya tidak melindungi kulit 100% dari sinar matahari, jadi lebih baik hindari sinar matahari secara langsung.

Gatal Akibat Terbakar Sinar Matahari

Kulit tiba-tiba terasa gatal, panas dan beruntusan setelah berlama-lama berenang di laut? Ini adalah efek dari sunburn (terbakar matahari) yang menyebabkan rasa tidak nyaman sekalipun sudah memakai sunblock. Biasanya gejala tersebut tidak langsung muncul setelah selesai aktivitas, namun memiliki jeda beberapa jam hingga 1-2 hari.

Area yang sering terkena sunburn ini biasanya sekitar paha, punggung, dan dada karena daerah ini sangat sensitif. Gejala diawali dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan disertai bentol atau beruntus di beberapa bagian kulit. Lalu akan terasa gatal sangat tajam hingga perih ketika tersentuh.
Pada kondisi ini sebaiknya tidak menyentuh bagian yang gatal apalagi menggaruknya karena akan menambah rasa gatal dan menyebabkan infeksi. Diamkan dan nikmati saja :).

Untuk mengurangi rasa gatal, ada banyak cara tradisional yang bisa dicoba. Tapi, di sini aku berbagi pengalaman dengan cara yang simple karena ga mau repot motong dan membersihkan lidah buaya atau kentang. Caranya:


  •       Selalu bersihkan daerah yang gatal dari air dan debu
Saat kulit sedang meradang, sebaiknya tetap jaga kebersihan kulit agar tidak kotor dan lembap. Oleh karena itu, segera bersihkan kulit saat terkena air dan debu/polusi.


  •        Gunakan pakaian katun
Untuk tetap menjaga kebersihan kulit, sebaiknya gunakan pakaian berbahan katun karena bahan ini memiliki daya serap yang tinggi dan memberikan rasa nyaman dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.


  •        Gunakan olive oil
Ini adalah senjata utama saat gatal-gatal mulai menyerang. Balurkan olive oil ke daerah yang meradang dan pijat lembut selagi gatal menyelekit muncul. Memang tidak langsung menghilangkan rasa gatal, tetapi minyak yang memiliki ratusan khasiat ini mampu mereleksasi kulit dan meredam panas.

Dengan menerapkan cara di atas, gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang dalam 2-3 hari. Jadi, nikmati saja.

Selasa, 21 Februari 2017

Pura Lempuyang: Kemegahan di Timur Bali


Ada banyak pura yang dapat kalian temui di “Island of the Gods”, mulai dari pura kecil sederhana hingga pura besar dan megah. Salah satu pura yang megah di Bali yaitu Pura Luhur Lempuyang yang terletak di Karangasem, Bali.

Pura Lempuyang merupakan pura tertua di Bali. Dibangun pada abad ke-8 di puncak Gunung Lempuyang.  Perjalanan menuju pura ini jika dari Kuta memang cukup jauh. Butuh waktu kurang lebih 2 jam menggunakan mobil pribadi tanpa macet. Saya tidak menyarankan kalian menggunakan motor karena selain jaraknya yang cukup jauh, jalanannya pun berkelok-kelok plus menanjak saat mulai mendaki gunung, ditambah hujan sering turun membuat jalanan licin (bulan Desember-Januari). Kalian akan melewati banyak tempat wisata saat menuju Pura Lempuyang, seperti Pura Penataran Padang Bai, Pantai Pasir Putih atau yang dikenal Virgin Beach, hingga Taman Air Tirtagangga. Jadi, jika berencana ke Pura Lempuyang lebih baik berangkat dari pagi hari agar dapat mampir ke tempat-tempat tersebut. Sayang kan tempat wisata keren hanya dilewati begitu saja.

Jika kalian sudah tiba atau melewati Taman Air Tirtagangga di sebelah kiri jalan, berarti perjalanan kalian tinggal 20-30 menit lagi. Kalian akan memasuki jalan kecil dengan tanda “Pura Lempuyang” di sebelah kanan, ikuti terus jalan tersebut hingga kalian tiba di jalan yang menanjak terjal dan berkelok-kelok. Ya, kalian sedang mendaki gunung!

Bermodalkan aplikasi peta di handphone, akhirnya sampai juga di Pura Luhur Lempuyang. Untuk masuk ke dalam, kalian diharuskan memakai pakaian yang tertutup di bagian bawah. Jika tidak, kalian bisa menyewa kain di depan pintu gerbang seharga Rp10.000 plus iuran seikhlasnya untuk perawatan pura. Sebelum masuk, kalian akan dijelaskan bahwa di dalam sana terdapat 7 pura yang jika ditelusuri memakan waktu 2-4 jam. “Kalau foto-foto pura yang ada di internet, tidak terlalu jauh dari sini hanya menaiki beberapa anak tangga saja” begitu kata Bli yang juga menawarkan jasa tour guide. Setelah diberitahu tata tertib di dalam pura, saya pun mulai menapaki beberapa anak tangga hingga akhirnya tiba di tanah lapang dengan pintu gerbang di atasnya, artinya harus menaiki anak tangga lagi.


Salah satu anak tangga yang harus dilewati
Sesampainya di lapangan hijau, harus mendaki tangga lagi

Begitu menaiki tangga dan masuk pintu gerbang, muncullah pura megah dengan 3 tangga yang dihuni oleh patung naga panjang di setiap sisinya. Pura tersebut menjulang tinggi dan berujung pada pintu kecil yang dilihat dari kejauhan. Kesampaian juga ke Pura Luhur Lempuyang! Takjub melihat kemegahan yang seakan menyihir pandangan dalam beberapa detik, pemandangan di balik badan pun tidak kalah indahnya. Berbalik menghadap pintu gerbang yang tadi dilewati, ternyata dari situ muncul Gunung Agung yang tersamar oleh awan. Seakan saya berdiri sejajar di atas puncak gunung suci tersebut. Kalian boleh menaiki tangga pura hingga atas tetapi melalui tangga kanan dan kiri saja. Tangga tengah dianggap suci dan hanya digunakan pada saat upacara saja. Sampai di atas, terdapat beberapa tempat sembahyang yang masih menyisakan dupa-dupa. Rupanya baru saja diadakan upacara keagamaan.

Pura Luhur Lempuyang
Gerbang yang berhadapan dengan Pura Lempuyang. Dari sini nampak Gunung Agung yang terhalang oleh awan
Tangga kanan atau kiri yang hanya dapat dinaiki 

Sampai di puncak tangga
View dari puncak Pura Lempuyang

Sama seperti di tempat wisata lainnya, rasanya tidak mau cepat-cepat meninggalkannya. Namun karena hujan turun, mengharuskan saya kembali ke tempat parkir. Lelah naik turun tangga hingga akhirnya saya melihat jalan aspal di pinggir pura. Segera saya keluar melalui jalan tersebut walaupun jalannya cukup terjal dan licin.

Di sekitar area parkir terdapat beberapa warung dan toilet umum. Namun, kalian harus hati-hati karena banyak sekali anjing yang berkeliaran.


Kamis, 16 Februari 2017

Jakarta Good Guide: Menjelajah Kota Cina di Ibu Kota


Jelang perayaan tahun baru Cina atau Imlek, Jakarta Good Guide mengadakan walking tour yang bertema "China Town" di kawasan Glodok, Petak Sembilan.. Rute perjalanan kali ini diawali di Gedung Candra Naya, lalu menuju Pasar di Jalan Pancoran, Vihara Dharma Bhakti, Gereja Katolik St. Maria De Fatima, Vihara Dharma Jaya Toseibo, Tempat Kaligrafi Cina, Kedai Es Kopi Tak Kie, dan berakhir di Gedung Olveh.

Seluruh peserta berkumpul di Novotel Hotel Gajah Mada dan tepat jam 9 pagi, seluruh peserta dibagi dalam 2 kelompok yang masing-masing berjumlah kurang lebih 12 orang dengan dipimpin oleh 1 orang tour guide. Tujuan pertama yaitu Gedung Candra Naya yang lokasinya tepat berada di kawasan Novotel Hotel. Karena gedung ini merupakan suatu gedung cagar budaya, jadi Gedung Candra Naya tidak dihancurkan pada saat pembangunan hotel. Gedung Candra Naya merupakan bekas rumah seorang mayor, Khouw Kim An yang hidup pada zaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sekitar tahun 1875-1945. Dari cerita Mba Rita, tour guide kami, bangunan ini dibangun pada tahun Kelinci Api yaitu tahun 1807 atau 1867 yang  oleh Khow Tian Sek (kakek Khouw Kim An). Gedung ini dibuat untuk salah satu anaknya, yaitu Khow Tjeng Tjoan yang memiliki 14 istri dan beberapa anak, yang kemudian diwariskan pada salah satu anaknya, Khow Kim An. Khow Kim An diangkat sebagai mayor oleh Pemerintah Hindia Belanda yang bertugas untuk mengurusi masyarakat Tionghoa, namun pada zaman Jepang, ia diasingkan ke Cimahi hingga wafat.

Dari segi arsitektur, bangunan ini memiliki ujung atap yang berornamen seperti burung walet. Model yang menunjukan bahwa rumah ini merupakan rumah seorang bangsawan. Sama seperti rumah Tionghoa lainnya, rumah ini juga memiliki ruang lapang pada bagian tengah yang berfungsi untuk sirkulasi udara. Ada sesuatu yang khusus di bagian pintu, yaitu benda berbentuk segi delapan yang melambangkan keberuntungan.

Gedung Candra Naya yang berada di kawasan Hotel Novotel Gajah Mada
Setelah menelusuri gedung Candra Naya, kami berjalan memasuki pasar glodok yang berada di wilayah Petak Sembilan yang pada saat itu banyak dijual ornamen-ornamen imlek. Di dalam pasar yang berbentuk gang kecil, kami banyak menemukan pakaian, teripang, sekba (jeroan babi), aneka kue basah, somay, dan lain-lain.

Teripang laut yang banyak dijual di Pasar Glodok
Setelah melewati pasar, kami tiba di Vihara Dharma Bhakti. Karena menjelang Imlek, vihara ini ramai dipenuhi kaum Tionghoa yang sedang sembahyang dan juga rombongan tur domestik dan internasional. Tour guide kami banyak sekali menceritakan tentang asal muasal berdirinya vihara ini, filosofi menerbangkan burung, hingga tragedi kebakaran yang menghanguskan sebagian bangunan. Karena kebakaran yang begitu besar pada tahun 2015, maka lilin-lilin besar yang tadinya berada di dalam, dipindahkan ke luar. Oleh karena itu, saat perayaan malam Imlek ada banyak mobil pemadam api di sekitar vihara. Memasuki vihara ini, kami melihat 3 orang yang sedang memilah dan mengepak hio. Hio yang dipilah harus ganjil, mulai dari 3, 5, dan kelipatan bilangan ganjil lainnya. Konon, semakin banyak hio yang dibakar semakin besar pula keinginan yang terkabul.

Pintu gerbang Vihara Dharma Bhakti

Suasana hikmat di dalam vihara

Hio yang sedang dikemas untuk sembahyang menjelang Imlek

Lilin besar yang dipindahkan keluar karena peristiwa kebakaran tahun 2015
Kondisi atap vihara yang hangus terbakar api

Masih di deretan jalan yang sama, kami mampir ke Gereja Katolik St. Maria De Fatima, gereja yang memiliki bangunan budaya Tionghoa. Terlihat dari atap gereja yang berbentuk seperti vihara, juga terdapat moon gate di samping kanan dan kiri altar.
Percampuran budaya Tionghoa yang terlihat dari atap gereja

Gerbang bulan atau moon gate yang menjadi ciri khas ornamen Tionghoa

Tak jauh dari Gereja Katolik St. Maria De Fatima, kami mengunjungi Vihara Dharma Toasebio. Memasuki pintu gerbang, kami disambut dengan kegiatan pembersihan patung-patung yang merupakan tradisi masyarakat setempat menjelang Imlek. Kami juga menemukan dua bentuk pohon tinggi yang berisi kertas doa-doa di dalam vihara. Pohon ini merupakan pengganti tempat kertas doa yang biasanya menggunakan gelas dan lilin sehingga tidak menimbulkan asap di ruangan. Dengan adanya pohon ini, bukan berarti kertas doa yang memakai lilin tidak ada, malah ada banyak sekali.

Vihara Dharma Toasebio

2 pohon besar yang berisi doa-doa


Lilin-lilin yang menyinari kertas doa

Selesai kunjungan vihara, kami diajak untuk membeli es kelapa jeruk yang mangkal di depan vihara. Harga es kelapa jeruk hanya Rp10.000 saja, sedangkan es jeruk Rp7.000. Perjalanan belum usai, kami meneruskan perjalanan menuju tempat kaligrafi tulisan Cina yang ditulis sendiri oleh Koh Akwet di toko Sanjaya . Hanya sedikit orang yang handal menulis kaligrafi ini, bahkan kata Koh Akwet anaknya sendiri pun tidak semahir beliau. Karena beliau sangat sibuk sekali, kami pun hanya mampi sebentar dan melanjutkan perjalanan kami. Di perjalanan, tour guide kami menjunjukan bakpia khas daerah glodok. Ada rasa keju, coklat, dan kacang hijau. Rasanya gurih banget, saat digigit teksturnya langsung lumer di mulut. Harganya pun hanya Rp5.000 per buah.

Koh Akwet sedang menulis kaligrafi Cina

Bakpia gurih dengan rasa keju, cokelat dan kacang hijau
Kenyang makan bakpia dan minum sisa-sisa es kelapa jeruk, kami lanjut jalan lagi menyebrangi jalan Pancoran dan masuk ke Gang Gloria, gang yang jadi sumber kuliner halal dan tidak halal. Sempitnya gang dan banyaknya orang, membuat kami harus sabar dan hati-hati dalam berjalan. Setelah berjalan kurang lebih 100 meter, kami tiba di Es Kopi Tak Kie! Salah satu kopi legend di Jakarta. Kedai ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Buka jam 7 pagi dan tutup jam 2 siang. Bahkan, jam 12 pun kadang sudah habis. Jadi, disarankan datang lebih pagi untuk bisa menyeruput kopi dan menikmati roti sarikaya di kedai ini. Beruntung kami mendapat tempat duduk dan segera memesan es kopi andalannya. Rasanya memang enak! Campuran kopi dan susunya pas banget. Selain es kopi, kalian juga bisa memesan kopi hitam dan teh tarik plus roti sarikaya. Wajib ke sini lagi sih buat rasain teh tariknya.

Kopi legend yang ada di Glodok

Suasana di dalam kedai Es Kopi Tak Kie
Es kopi segar diminum siang hari
Keluar dari gang, kami tiba di jalan utama yang hanya beberapa meter dari Museum Mandiri. Mengakhiri tur kali ini, kami berjalan menuju Gedung Olveh atau Sarasvati yang tepat berada di samping Stasiun Kereta Api Kota. Ada yang unik dari gedung ini. Ada tangga turun untuk menuju pintu Gedung Olveh. Bukan karena gedung ini berada beberapa centimeter di bawah jalan aspal, tetapi karena jalannya yang meninggi. Kalian juga bisa melihat bata-bata asli di dinding tangga yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda lho. Di gedung ini juga terdapat kantor Sarasvati dan Coffee Shop Semasa.

Burung-burung unik menyambut kedatangan kami di Gedung Olveh

Perjalanan tur kami ditutup dengan pengisian kuesioner tentang tur yang kami jalani tadi. Sambil mengumpulkan kertas kuesioner yang telah diisi, kami juga memasukan tip untuk tour guide kesayangan kami, Mba Rita yang banyak memberikan informasi dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Perjalanan tur ini tidak dipatok harga, tetapi kita membayar sesuai dengan kepuasan kita akan informasi dan pengalaman yang didapat. Seru kan. Next, harus ikut tour Jakarta Good Guide lainnya nih.

Teman-teman walking tour "China Town"

Rabu, 15 Februari 2017

Ngemil Hemat, Kenyang dan Senang di Pancong Cache Depok

Kue Pancong Cokelat Keju

Bosan sama camilan yang itu-itu aja? Udah pernah cobain kue pancong? Kita pasti kenal kue pancong berwarna putih yang berbahan dasar terigu dan kelapa yang gurih, bahkan ada beberapa tukang kue pancong yang kasih gula di atasnya. Tapi, kue pancong yang dimaksud di sini adalah kue berwarna cokelat yang berbahan tepung terigu dan ditambah aneka topping di atasnya. Rasanya manis dan lezat, teksturnya juga lembut dan kenyal. Penasaran? Langsung aja kunjungi kedai Pancong Cache di Jalan Margonda Depok.

Kedai ini berada di sebrang Kampus Gunadarma Depok, atau di dekat Seven Eleven Pondok Cina. Buka dari jam 12 pagi sampai jam 11 malam. Di dalamnya juga terdapat banyak colokan, jadi ga usah takut kehabisan baterai handphone selagi santai menyantap kue pancong. Di sini juga disediakan alat musik organ dan gitar buat kalian yang memang suka memainkan alat musik lho.

Ada banyak varian rasa yang bisa kalian pilih, seperti rasa original, toblerone keju, cokelat keju, blueberry, green tea, nuttela keju, dan lain-lain. Menu kue pancong yang saya suka adalah kue pancong green tea! Selain karena kuenya yang legit, green tea di atasnya juga banyak banget. Green tea yang dihidangkan ini, kata pemiliknya, adalah cokelat green tea khusus yang dibeli di toko cokelat. Ga kebayang kan enaknya kayak gimana.  Harganya cuma Rp12.000. Kalau mau tambah keju, tinggal tambah Rp1.000. Untuk minumannya, saya memilih susu jahe hangat  seharga Rp5.000. Kalau kurang, kalian bisa tambah kue pancong cokelat keju seharga Rp7.000 dan rasa original Rp3.000.

Kue Pancong Green Tea favorit!!!!


Lezatnya selai kacang yang ditaburi di setiap sisi

Kalian juga bisa menikmati kue pancong Cache dengan dua pilihan, dimasak matang atau setengah matang. Kue yang setengah matang jadi favorit para pengunjung karena bisa dicolek untuk dicicipi bersamaan dengan toppingnya, lalu dimakan dengan bagian yang matang. Pokoknya enaaak banget.

Selain kue pancong, di Pancong Cache juga menjual aneka mie instan yang rasanya mantap jiwa. Ada juga omelet mie yang bikin ga mau beranjak dari kedai ini. Semua rasa yang lezat, tempat yang nyaman dan bersih, juga harga yang miring, bisa jadi referensi kalian untuk wisata kuliner di Depok.

Aneka rasa mie instan yang rasanya semantap mie instan warkop!

Nah, dari banyaknya tempat nongkrong dan makan di Depok, wajib nih blusukan ke Pancong Cache.


Senin, 13 Februari 2017

Mengatasi Email Yahoo "Authentication Failed" di Android

Sumber: IT Jungles di Youtube

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba e-mail Yahoo di android "failed to sign in". Coba sign in lagi tapi tetap tidak bisa. Coba browsing sana-sini yang harus menyetting IMAP di setting e-mail tetap tidak bisa juga. Akhirnya, dapat pencerahan dari e-mail Yahoo sendiri.

Yahoo memang sedang meningkatkan keamanannya dengan mengalihkan semua perangkat yang membuka e-mail Yahoo (termasuk e-mail di android) dengan aplikasi yahoo sendiri di PC dan handphone. Tetapi, kalian tetap bisa mengakses e-mail Yahoo di e-mail android dengan risiko tingkat keamanan yang rendah. Karena saya sudah terbiasa membuka Yahoo di e-mail android, jadi saya mengabaikan keamanan yang Yahoo peringatkan.

Berikut caranya:
1. Buka Yahoo Mail di desktop
2. Klik Setting
3. Pilih Account Info

4. Klik Account Security
5. Turn On "Allow apps that use less secure sign in"


Setelah itu, lakukan sign in di android kalian.
Voila! E-mail kalian kembali muncul seperti sebelumnya.
Selamat mencoba!

Jumat, 20 Januari 2017

Taman Air Tirta Gangga Bali

Taman Air Tirta Gangga

Tirta Gangga berasal dari dua kata yaitu Tirta yang berarti air dan Gangga merujuk pada sungai suci yang berada di India. Jadi, Tirta Gangga dapat diartikan sebagai air suci yang berasal dari Gangga. Gangga di sini menunjuk pada sumber mata air di Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali yang dianggap suci oleh masyarakat Bali beragama Hindu. Memang benar, air di Tirta Gangga tidak hentinya mengalir deras. Kalian dapat menemukan 3 pipa pancuran air dekat kolam ikan (dan toilet) yang meluncurkan air segar dan dingin dengan deras dan tak henti-henti.

Sepenglihatan saya, taman ini memiliki 3 komponen utama yaitu kolam, patung dan pancuran air. Ketika pertama memasuki taman ini, kalian dapat langsung melihat dua kolam besar di sebelah kiri dan kanan. Di sebelah kiri merupakan kolam besar yang berisi hanya ikan berwarna-warni dengan ukuran besar sedangkan sebelah kanan merupakan kolam ikan yang dihiasi oleh patung-patung hewan dan dewa-dewi. Di kolam sebelah kanan ini kalian bisa berjalan di atas kolam! Karena memang ada batu penyangga yang dibuat khusus untuk melintasi kolam ini. Kalian bisa mengumpulkan ikan-ikan lucu ini dengan memberinya makan yang bisa dibeli di depan pintu masuk lho. Katanya, ikan di sini berumur panjang jadi tak heran kalau ukurannya jauh besar dengan ikan biasa.


Pemandangan dari gerbang masuk

Kolam yang dihiasi patung-patung dan bisa dilintasi

Bisa kasih makan ikan

Ikan-ikan yang berukuran besar

Melintasi dua kolam ini, ada tugu air mancur utama dikelilingin beberapa patung kecil. Berjalan lurus melintasi jembatan kecil, kalian akan menemukan satu lagi kolam besar tepatnya di belakang kolam ikan yang berhiaskan patung yaitu kolam pemandian untuk umum. Kolam alami yang pada beberapa sisinya terdapat pancuran air. Untuk berenang di sini, kalian hanya membayar Rp15.000. Ada tempat bilas dan toilet khusus juga di sekitar kolam ini.

Di sisi atas taman ini juga tersedia restoran yang menjual aneka makanan dan minuman juga tempat oleh-oleh. Ada juga pura yang biasanya digunakan upacara di hari-hari tertentu.

Tugu air mancur yang dilihat dari jembatan berukir naga

Jembatan kecil yang berukir naga di sisi kanan dan kiri

Patung Sapi

Ornamen khas Bali

Keindahan dan keteraturan taman air ini dapat saya lihat dari susunan semua komponen yang terpasang secara simetris. Selalu ada penyeimbang antara bangunan satu dan yang lainnya. Jadi, selain pemandangan cantik, dan udara yang dingin, kalian bisa menikmati tata letak taman yang teratur dengan arsitektur tradisional khas Bali.

Kalau kalian berniat ke Pura Lempuyang, jangan ragu mampir ke Taman Tirta Gangga yang letaknya di pinggir jalan. Kecantikannya sangat luar biasa! Belum pernah melihat taman semembahana ini. Karena lokasinya di sebelah timur Bali tepatnya di Karangasem, perjalanan selama 2 jam dari Kuta terbayar sudah. Kesenangan terwakili walaupun belum sampai menuju Pura Lempuyang. Setelah puas bermain-main air, perjalanan pun dilanjutkan. Let’s go!


Minggu, 15 Januari 2017

Syair Lagu Smong dari Pulau Simeulue

Pernahkah kalian mendengar kata “Smong”? Smong yang merupakan kata dari bahasa daerah penduduk Simeulue, Aceh, berarti ombak besar atau yang dikenal dengan tsunami. Istilah smong disebarkan oleh penduduk Simeulue melalui syair lagu yang disenandungkan untuk meninabobokan anak. Lama kelamaan syair lagu Smong melekat di benak mereka.

Menurut penduduk sekitar, syair smong mulai dinyanyikan pada awal abad 20 setelah bencana ombak besar melanda Pulau Simeulue pada tahun 1907 yang memakan banyak korban. Dari bencana tersebut, menurut orang Aceh yang diwawancara, untuk mengenang dan memeringati ombak besar tersebut, syair smong mulai dinyanyikan untuk menidurkan anak oleh para leluhur hingga saat ini.

Walaupun bahasa Simeulue susah dimengerti, beruntung saya menemukan syair lagu Smong dari buku "Coastal Dynamics After the Sumatra Earthquake & Tsunamis" di Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (Tsunami Disaster Mitigation Research Center).


Berikut syairnya:

Engel mon sao surito, inang maso semona, (Dengarkan kisah ini, pada suatu hari,)
manoknop sao fano, uwilah da sesewan, (tenggelamlah suatu desa, begitu yang diceritakan,)
unen ne alek linon, fesang bakat ne mali, (diawali dengan gempa bumi, diikuti surutnya air laut,)
manoknop sao hampung, tibo-tibo maawi. (lalu seluruh negeri tiba-tiba tenggelam)

Ango linon nek malo oek suruk sauli (Ketika terjadi gempa dahsyat, diikuti surutnya air laut)
maheya mihawali fano me senga tenggi, (segera cari tempat yang lebih tinggi,)
ede Smong kahane, turiang da nenekta (“smong” itrulah namanya, yang dikatakan nenek moyang kita)

Miredem teher ere, (Ingatlah semua ini,)
fesan navi-navi da, (pesan dan petuah,)
smong rumek-rumek mo, (smong adalah air mandimu,)
linon uwak-uwak mo, (gempa adalah buaianmu,)
elaik kedang-kedang mo, (guntur adalah detakanmu,)
kilek suluh-suluh mo, (kilat adalah lampumu,)
alahae Simeulue.. (oh Simeulue...)

Syair dari buku "Coastal Dynamics After the Sumatra Earthquake & Tsunamis"
Dari syair tersebut, terlihat bahwa penduduk Simeulue sudah mengetahui tanda-tanda  bencana ombak besar yang didahului dengan surutnya air laut. Berbekal pengetahuan dari kearifan lokal tersebut, saat bencana tsunami Aceh 2004 penduduk Simeulue dengan segera menyelamatkan diri dengan mencari tempat yang lebih tinggi sehingga  hanya kurang lebih 7 orang yang meninggal dunia (korban tersebut diduga adalah penduduk pendatang).

Sungguh luar biasa pengaruh kearifan lokal penduduk Simeulue yang menyelamatkan hampir seluruh penduduk pulau indah di pantai barat Indonesia. Untuk memberi kedekatan istilah smong dengan masyarakat Aceh, Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Provinsi Nangroe Aceh Darusalam menerbitkan koran enam bulanan yang bernama “Smong”.



Tempat evakuasi warga dari atas Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Provinsi Nangroe Aceh Darusalam